Kutukan ternyata belum beranjak dari Persija Jakarta. Setelah sempat menuai harapan di awal musim dengan lini depan yang tajam, kini Macan Kemayoran seperti kembali ke masa jahiliyah. Masalah mandulnya lini depan Persija ternyata tak benar-benar teratasi.
Sudah tujuh pekan Liga 1 bergulir, Persija semakin terpuruk di papan bawah kompetisi. Permasalahan lini depan yang pada awal musim seakan teratasi, ternyata tak benar-benar terjadi. Macan Kemayoran hingga saat ini baru mencetak 4 gol saja.
Pada pekan pertama Liga 1, Persija sempat menang 2-0 atas
Persiba Balikpapan. Dua gol dicetak oleh duet penyerang Luiz Carlos Junior dan Rudi Widodo. Saat itu, pelatih Stefano Cugurra Teco menggunakan penyerang tunggal di awal babak pertama. Namun, perubahan dilakukan Teco pada pertengahan babak kedua. Bermain statis, masuknya Rudi Widodo dinilai perubahan strategi yang tepat dari Teco. Kecakapan Rudi Widodo bermain dalam sistem dua penyerang dalam pola 4-4-2 terbukti dengan gol yang ia ciptakan.
Pada pekan kedua, Persija menggunakan pola permainan yang tak jauh berbeda dengan pekan pertama. Namun, tak konsistennya lini tengah yang digalang Irfandy dan Muhammad Rasul, membuat Persija sudah keteteran di babak pertama. Beruntung Luiz Carlos menceploskan bola secara tepat ke pojok kiri gawang Barito lewat tendangan bebas beberapa menit jelang pertandingan berakhir. Di pekan kedua, pola Teco masih dinilai baik oleh pendukung Persija, Jakmania, karena setidaknya mampu memberikan hasil yang cukup baik.
Pekan ketiga, Teco mencoba Bruno Lopes dengan Luiz Carlos Junior sebagai juru gedor. Sayangnya, Bruno Lopes ditempatkan lebih mundur ke belakang dan menjadi penyuplai bola bagi Luiz. Pola ini ternyata mentok di benteng pertahanan
PSM Makassar. Tekanan pendukung tuan rumah di Makassar pun cukup membuat pemain Persija kesulitan mengembangkan permainan. Kelengahan lini belakang Persija yang membuka peluang bagi Wiljan Pluim benar-benar dimanfaatkan oleh pemain asal Belanda itu. Gol Pluim jelang akhir pertandingan pun membuat Persija pulang dengan nirpoin.
Miskinnya taktik permainan Teco mulai terlihat pada pekan keempat. Menghadapi tim kuat dan sarat kreasi seperti
Madura United, Persija tak menemukan pola permainan yang terbilang
nyetel di lapangan. Pergerakan semua pemain seperti tak teroganisir dengan baik. Entah mengapa, Rasul lebih banyak mengoper lawan ketimbang rekan sendiri. Begitu juga dengan Irfandy yang selalu membuat Ismed Sofyan kesal karena tak bisa membuka ruang dan lebih banyak menempel dengan sang kapten.
Teco terlihat miskin strategi saat timnya dalam posisi tertinggal. Peter Odemwingie berhasil mencuri gol lewat tendangan bebasnya yang tak mampu dihalau Andritany. Pertahanan Persija jelas kaget karena renggangnya lini tengah dan belakang. Para gelandang asyik menyerang dengan posisi yang absurd dan membingungkan lini belakang. Keadaan berubah menjadi lebih baik ketika Sutanto Tan masuk menggantikan Irfandy. Tapi kesalahan Teco adalah saat ia memilih memasukan Bambang Pamungkas. BP memang punya sundulan yang tajam, tapi kemampuannya ini tak bermanfaat betul karena Persija butuh pemain yang punya penempatan dan membuka ruang dengan cepat seperti Rudi Widodo. Tumbangnya Persija pun tak terelakkan.
Melawan
Persela Lamongan, lagi-lagi Bruno Lopes dan Luiz Carlos Junior mandul. Masih sama seperti pekan-pekan sebelumnya, tak ada yang berubah dari strategi Teco. Komposisi yang sudah gagal dengan menduetkan Bruno Lopes dan Luiz Carlos tetap dipaksakan Teco. Terlalu lelah menyerang dengan nihil konsep membuat Persija takluk lagi 1-0 dari Persila.
Melawan
Mitra Kukar, 4-3-3 jadi andalan Teco untuk bisa meraih kemenangan kandang pertama. Bruno Lopes lagi-lagi ditempatkan sebagai sayap bersama dengan Ambrizal Umanailo. Permainan Persija masih miskin kreasi, Luiz Carlos terus mencari peluang untuk mencetak gol. Sementara Bruno Lopes pun sama, mencari peluang untuk membobol gawang lawan. Permasalahannya, Bruno adalah pemain dengan tipe penghancur. Tak muda bagi Bruno untuk memerankan posisi sayap, meski ia juga pernah melaluinya dalam beberapa kesempatan.
Tapi Persija yang membosankan ternyata mampu mencuri gol ke gawang Mitra Kukar. Lewat situasi bola liar di depan gawang, Bruno Lopes yang lepas dari kawalan menceploskan bola yang tak bisa ditahan oleh kiper dan bek Naga Mekes. Sayang, dewi fortuna seperti enggan menghampiri Persija, karena beberapa detik menjelang pertandingan usai, Momo Sissoko malah membobol gawang Andritany malalui sundulannya. Kembali, Teco menjadi sasaran tembak para Jakmania yang lagi-lagi melihat Persija gagal menang di kandang sendiri.
Monoton akibat miskinnya strategi?
Penyebab pertama dari isu ini adalah tidak ada kreativitas yang mumpuni di lini tengah. Melihat keempat penyerang yang dimiliki Persija, semuanya sebetulnya memiliki kualitas yang baik. Luiz Carlos Junior dan Bruno Lopes adalah duo tipe penyerang pembunuh. Begitu juga dengan Rudi Widodo yang punya kecepatan plus penyelesaian akhir yang baik. Bambang Pamungkas pun punya kemampuan membobol gawang yang bagus, meski kini perannya lebih sebagai pembuka ruang.
Namun, Teco tak bisa memanfaatkan komposisi tersebut. Entah mengapa Rudi Widodo yang bisa berperan sebagai super-sub kerap tersingkirkan. Memang hak pelatih menurunkan Bambang Pamungkas sebagai juru gedor. Tapi apa yang dilakukan Teco saat pertandingan melawan Madura United, sangat tidak pas. Butuh poin agar tak kalah, Teco malah seperti membuat permainan lebih lambat dengan memasukan BP. Menarik Bruno Lopes dan menduetkan Rudi Widodo semestinya lebih pas karena karakter permainan Rudi pas untuk menggedor pertahanan Madura United yang bermain ketat dan disiplin sepanjang laga.
4-3-3 sebetulnya bisa diubah menjadi 4-4-2 atau 4-2-3-1. Menjadikan Luiz Carlos sebagai ujung tombak kemungkinan besar bisa membuat pertahanan Madura repot. Pemanfaatan sayap yang dipunya Persija pun sebetulnya cukup untuk bisa memberikan efek kejut. Sekali lagi Teco seperti kurang melihat pola permainan lawan yang sudah sangat disiplin dalam menjaga pertahanan seperti Madura United.
Permasalahan klasik ini tampaknya akan terus terjadi jika Teco tak punya solusi yang pas untuk lini depan. Pelatih asal Brasil itu harus berani mencoba pemain yang selama ini belum mendapatkan menit bermain yang banyak. Kreasi sayap dari duo Tulehu, Pandi Lestaluhu dan Ramdani Lestaluhu, misalnya, mungkin bisa saja memberikan sentuhan berbeda.
Tidak ada salahnya juga mencoba kembali memainkan Amarzukih ataupun Sutanto Tan dari menit awal. Mengorbankan Irfandy dan M. Rasul juga dirasa perlu. Apalagi Persija punya Rezaldi Hehanusa, Ambrizal Umanailo dan Pandi yang bisa dimainkan untuk memenuhi syarat pemain U-23. Terbukti lini tengah terlihat hidup saat Sutanto Tan pegang kendali. Meski masih susah meneruskan umpan ke lini depan, ini hanya masalah kurang terbiasa untuk bermain sejak menit pertama saja.
Teco harus memoles lagi strategi dan ketajaman lini depannya. Apalagi dia punya keuntungan; pertandingan Persija di pekan ke-8 melawan
Perseru Serui mengalami penundaan karena Stadion Marora yang bermasalah. Libur sepekan setidaknya bakal membuat Persija lebih segar. Pasalnya, Persija harus benar-benar fokus ke pertandingan kontra
Arema FC pada pekan ke-9 nanti.
Menghadapi Singo Edan di kandang sendiri, Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Persija tak boleh melakukan satu kesalahan pun. Para penyerang pun harus bisa mengaplikasikan taktik Teco dalam membongkar pertahanan Arema. Jika tidak, nasib Teco bakal tinggal menghitung waktu saja karena tuntutan ‘Teco Out’ dari Jakmania begitu marak. Karier Teco di Jakarta bakal bergantung kepandaiannya meramu penyerang agar tokcer dan lepas dari kata mandul yang selama ini menghantui.
sumber : 442